Masih gagal paham dengan apa yang mereka
sebut bahagia. Hura-hura habiskan waktu sia-sia. Seberapa lama mereka rasakan
sensasinya? Padahal cuma sementara, tak pengaruhi banyak (kebaikan) bagi
kehidupannya.
Dalam pergantian tahun ada hitung mundur, tiup terompet,
kembang api, nyanyi, apa lagi? Oh, berhimpit-himpitan laki perempuan dalam
keramaian. Tak ubahnya seperti pasar tumpah.
Coba sekali-kali hitung mundur usia kita. Mungkin tak
akan sempat kita tertawa. Karena merasa belum cukup bekal menghadapi coba setelah
mati. Merasa usia terlewat sia-sia dalam waktu yang singkat.
Satu lagi, kembang api. Pemborosan dahsyat hanya untuk
memuaskan nafsu yang tak pernah puas. Berapa milyar uang yang dibakar, habis
hanya dalam waktu beberapa menit. Walaupun cuma setahun sekali, tetap sama saja
namanya pemborosan. Coba itu uangnya disedekahkan, ada berapa ribu kaum duafa
yang tersenyum bahagia karenanya.
Tapi kan cuma sekali dalam setahun? Iya, tapi ada yg
lebih pantas dirayakan. 2 hari raya, 'Idul Fitri dan 'Idul Adha. Ada yang lebih
berhak atas uang yang dibakar, anak yatim dan fakir miskin. Ada banyak cara
untuk bahagia, lihat kegembiraan saudara, tetangga, dan orang yang kita cinta.
Sekedar nasehati diri. Pengingat kita tak sendiri. Ada
hak orang lain dalam harta. Dan mati tak sempat tanya kesiapan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar